Saturday, May 30, 2009

Berani berubah, berarti Berani keluar dari zona kenyamanan (comfort zone).

2 komentar
Rupanya itulah salah satu resep orang-orang sukses. Bagaimanapun kondisi mereka, kekurangan mereka, kelemahan mereka, semua itu tidak menjadi sebuah kendala. Lihatlah Julius Caesar, meski menderita epilepsy, ia berhasil menjadi seorang jenderal dan kemudian menjadi kaisar. Lalu juga Napoleon, walau berasal dari keluarga sederhana, juga berhasil menjadi jenderal. Bethoven bahkan menulis beberapa lagu terbaiknya justru sesudah telinganya tuli sama sekali. Atau Charles Dickens yang menjadi novelis Inggris terbesar meski kakinya pincang dan lahir dari keluarga yang sangat miskin. Atau Milton yang menggubah sajak-sajaknya yang paling indah bahkan sesudah ia menjadi buta.
Orang-orang ini sanggup mengubah kekalahan jadi kemenangan, kekurangan jadi prestasi. Itulah orang-orang yang yakin bahwa keunggulan, kemenangan, keberhasilan dan kejayaan adalah fungsi garis lurus dari kemauan dan keberanian untuk berubah. Semua memang bergantung bagaimana sikap pikiran kita menghadapi gejolak kehidupan. Apakah benar kita sudah berubah? Apa tanda-tandanya? Jika benar kita sudah melakukan perubahan, biasanya kita akan mengalami situasi yang tidak nyaman. Karena setiap perubahan pasti menuntut kita keluar dari zona kenyamanan (comfort zone). Itulah sebabnya tidak banyak orang yang benar-benar menyukai perubahan. Sebab untuk berubah ke arah yang lebih
baik, biasanya memang tidak gratis dan memang tidak nyaman. Ada 'harga' yang harus kita bayar! Entah itu pengendalian sikap kita, pengorbanan waktu kita, fokus pikiran kita, bahkan terkadang bisa jadi terimbas juga pada keluarga kita.
Berubah berarti keluar dari kebiasaan-kebiasaan lama, membentuk kebiasaan-kebiasaan baru. Berhenti bekerja dengan cara-cara lama (yang biasanya sudah rutinitas), lalu terpaksa belajar lagi untuk bisa bekerja dengan cara-cara baru (tentu saja ini tidak terlalu nyaman). Akan tetapi, siapapun yang mau melakukannya, dan bersedia untuk keluar dari zona kenyamanannya, insyaAllah 99,9% pasti akan berhasil melaluinya. Sedang mereka yang masih dikuasai bisikan untuk menentang perubahan, dengan tetap mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lama pasti akan tergilas, tertinggal, dan gagal. Untuk mendapatkan hasil yang berbeda, lakukanlah dengan cara yang berbeda. Untuk mengubah nasib ya berubahlah. Kalau kita kita mau mengubah arah, kita akan berakhir di tempat yang sama.
Memang yang paling sulit adalah mengubah sikap atau attitude kita. Betapa tidak, selama ini kita sangat suka dan nyaman dengan sikap itu. Lalu tiba-tiba kita harus mengubah sikap-sikap yang biasanya kita suka itu menjadi sikap-sikap baru! Kalau selama ini kita tergolong orang yang senang dilayani, tentu tidak mudah untuk segera berubah menjadi manusia baru: suka melayani. Kalau kita terbiasa tidur sampai matahari terbit, tentu tidak mudah untuk bangun shalat malam. Kalau biasanya kita begitu mudah tersinggung bahkan naik pitam, tentu sedikit lebih sulit untuk menjadi lebih sabar. Kalau kita takut melakukan sesuatu yang baru, tentu sulit untuk segera memulainya, sehingga selalu saja ada ribuan alasan untuk terus menundanya.
Berubahlah. Tinggalkan zona kenyamanan. Memang akan ada tekanan dari berbagai arah. Ada banyak pergolakan batin. Ada banyak keluhan atas berbagai kesulitan. Akan banyak gejolak emosi yang menghimpit. Tapi itu adalah sebuah keniscayaan. Suatu jalan yang mau tidak mau terpaksa harus kita tempuh. Itulah sebuah pertanda jalan yang kita tempuh memang benar.
Tidak mudah memang. Tetapi teruslah berjalan....
Monday, April 13, 2009

Tiga Kaleng Coca Cola

2 komentar

Ada 3 kaleng coca cola, ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang sama.

Ketika tiba harinya, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng coca cola dan menuju ke tempat yang berbeda untuk pendistribusian.

Pemberhentian pertama adalah supermaket lokal. Kaleng coca cola pertama di turunkan disini. Kaleng itu dipajang di rak bersama dengan kaleng coca cola lainnya dan diberi harga Rp. 4.000.

Pemberhentian kedua adalah pusat perbelanjaan besar. Di sana , kaleng kedua diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan di d alam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp. 7.500.

Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng coca cola ketiga diturunkan di sana . Kaleng ini t ida k ditempatkan di rak atau di d alam kulkas. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pes anan dari pelanggan. Dan ketika ada yang pesan, kaleng ini dikeluarkan besama dengan gelas kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki dan pelayan hotel akan membuka kaleng coca cola itu, menuangkannya ke d alam gelas dan dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp. 60.000.

Sekarang, pertanyaannya adalah :

Mengapa ketiga kaleng coca cola tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama ???

Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda. Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP.

Apabila Anda berada di lingkungan yang bisa mengeluarkan terbaik dari diri Anda, maka Anda akan menjadi cemerlang. Tapi bila Anda berada dilingkungan yang meng-kerdil- kan diri Anda, maka Anda akan menjadi kerdil.


(Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama) + lingkungan yang berbeda = NILAI YANG BERBEDA.


(by ASW)

 
Catatan Ayok Prabowo | © 2011 Design by DheTemplate.com and Theme 2 Blog

Find more free Blogger templates at DheTemplate.com - Daily Updates Free Blogger Templates